|
DOK NCD MTK/DOUW AGAPA |
TEKNIK-TEKNIK
DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
TUGAS INDIVIDU
BIMBINGAN KONSELING
NAMA : YONATAN DOGOMO
NPM :
B271511001
JURUSAN : PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS : FAKULTAS PENDIDIKAN
TEKNOLOGI KEJURUAN
INSTITUTE KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP VETERAN
SEMARANG)
A. Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman
individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan konseling. Tanpa adanya
pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan
bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan
pribadi.
Pemahaman
individu oleh Aiken (1997:454) diartikan sebagai “Appraising the presence or
magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and
mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating
scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian
tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami,
menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah
(gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yang digunakan
meliputi observasi, interview, skala penilaian, daftar cek, inventori, teknik
projektif, dan beberapa jenis tes.
Adapun hal-hal yang
perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut:
1. Identitas diri,
yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi.
2. Kondisi
jasmaniah dan kesehatan.
3. Kapasitas
(intelegensi) dan kecakapan.
4. Sikap dan
minat.
5. Watak dan
temperamen.
6. Cita-cita
sekolah dan pekerjaan
7. Aktivitas sosial.
8. Hobi dan
pengisian waktu luang.
9. Kelebihan atau
keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki.
10. Latar belakang
keluarga siswa.
B. Data Pemahaman Individu
Pemahaman
individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa sumber, yaitu:
1.
Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara,
observasi ataupun teknik pengukuran.
2.
Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang
pernah mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan
sebagainya.
Prinsip-prinsip
pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
1.
Kelengkapan data
Data
yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
a.
data potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimilikinya,
b.
aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
c.
kebutuhan,
d.
tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
e.
karakteristik permanen ataupun temporer.
2.
Relevansi data
Data
yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan layanan
bimbingan dan konseling.
3.
Keakuratan data
Data
yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data. Empat hal
yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
a.
Validitas data
b.
Validitas instrumen
c.
Proses pengumpulan data yang benar
d.
Analisis data yang tepat
4.
Efisiensi penyimpanan data
Data
yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi.
Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam komputer (soft file/CD)
sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang luas.
5.
Efektivitas penggunaan data
Data
yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan
bimbingan dan konseling
Macam-macam
data.
1.
Kecakapan
a.
Kecakapan potensial (potensial ability) diperoleh secara heriditer (pembawaan
kelahirannya)
1)
Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
2)
Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
b.
Kecakapan aktual (actual ability) yang menunjukan pada aspek kecakapan yang
segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Misalnya prestasi
belajar, keterampilan, kreativitas.
2.
Kepribadian
a.
Fisik dan kebebasan
b.
Psikis
c.
Kegiatan : ekstrakulikuler
d.
Keunggulan-keunggulan dalam bidang : akademik, keagamaan, olah raga, kesenian,
keterampilan, sosial, dll
e.
Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
f.
Latar belakang
g.
Agama dan moral
h.
Lingkungan masyaraka
C. Teknik-Teknik Pemahaman Individu
Adapun
teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokan menjadi teknik tes dan non
tes. Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuaan dari ahli
lain yang kompeten untuk itu.
1.
Teknik Tes
a.
Tes Kecerdasan
Kecerdasan
dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga
diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas
tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara
efektif.
Tingkat
kecerdasan(IQ) dengan klasifikasinya:
1)
Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan
dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya
2)
Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya
3)
Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded adalah murid yang
bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak
ketidaktepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid yang lain.
Dibedakan
lebih lanjut kedalam kategori murid-murid;
a)
Debil (moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9-190
tahun.
b)
Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
c)
Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
b.
Tes Bakat
Tes
bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid. Ada dua jenis
bakat, yaitubakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan. Bakat sekolah berkenaan
dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu
atau mata pelajaran. Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan
kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.
Untuk
mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:
1)
Rekonik. Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir
mekanis.
2)
Tes bakat musik.
3)
Tes bakat artistik.
4)
Tes bakat klerikal (perkantoran).
5)
Tes bakat yang multifaktor. Tes bakat mengukur berbagai kemampuan khusus.
c.
Tes Prestasi Belajar (Achievement Tests)
Tes
prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya
dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Penggunaan
teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI / SD bertujuan untuk:
1)
Menilai kemampuan belajar murid.
2)
Memberikan bimbingan belajar kepada murid.
3)
Mengecek kemajuan belajar murid.
4)
Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid.
5)
Memperbaiki teknik mengajar guru.
6)
Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru.
Tes
prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasilpembelajaran atau kemajuan
belajar murid. Tes ini meliputi:
1)
Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan
murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan.
2)
Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3)
Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan
sehari-hari.
2.
Teknik Non-tes
a.
Observasi (pengamatan)
Memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2)
Direncanakan secara sistematis.
3)
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4)
Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik
observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
1)
Observasi sehari-hari (daily observation).
2)
Observasii sistematis (systematic observation).
3)
Observasi partisipatif (participative observation).
4)
Observasi non-partisipasif (non participative observation).
b.
Wawancara (interview)
Wawancara
merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung
dengan responden (orang yang minta informasi).
Kelebihan
dan kekurangan wawancara
Kelebihan
wawancara:
1)
Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid
secara mendalam
2)
Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)
Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)
Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahannya:
1)
Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)
Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)
Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.
Dalam
bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
1)
Wawancara pengumpulan data (informational interview)
2)
Wawancara konseling (counseling interview)
3)
Wawancara disiplin (diciplinary interview)
4)
Wawancara penempatan (placement interview).
c.
Angket
Angket
(kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung,
yaitu melalui tulisan.
Beberapa
petunjuk untuk menyusun angket :
1)
Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
2)
Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
3)
Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responder.
d.
Catatan Anekdot
Catatan
anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan
anekdot, guru dapat:
1)
Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
2)
Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
3)
Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid.
Catatan
anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :
1)
Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
2)
Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang
suatu peristiwa mengenai murid
3)
Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.
e.
Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian
Karangan
pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya,
cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang Penggunaan otobiografi
mempunyai bebrapa kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa
yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan
layanan bimbingan dan konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali
banyak yang terlupakan. Ketiga, ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang
kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan halyang sesuai.
Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya untuk dibaca oleh
orang lain.
Karangan
pribadi ni dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan
tidak terstruktur.
1)
Terstruktur yaitu karangan pribadi disusun berdasarkan tema (judul)
yang telah ditentukan sebelumnya
2)
Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara
bebas.
f.
Sosiometri
Teknik
ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial
(saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu kelas, kelompok,
kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Melalui teknik ini guru
dapat mengetahui tentang:
1)
Murid yang populer
2)
Yang terisolir
3)
Klik(kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri
dapat digunakan untuk :
1)
Memperbaiki hubungan insani
2)
Menentukan kelomppok belajar/kerja
3)
Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok.
g.
Studi Kasus
Studi
kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh
dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya
diperoleh dari berbagai pihak.
Dalam
melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1)
Menentukan murid yang bermasalah
2)
Memperoleh data
3)
Menganalisis data
4)
Memberikan layanan bantuan.
h.
Konferensi Kasus
Konferensi
kasus merupakan suatu pertemuan di antara beberapa unsur di sekolah untuk
membicarakan seorang atau bebrapa murid yang mempunyai masalah.
Unsur-unsur
yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas,
konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala
sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakaan, orang tua siswa atau personel
lain yang mengenal dekat dengan murid.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken,
L. R. (1997). Psychological testing and assessment. (edition). Tokyo: Allin and
Bacon.
Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Konseling Perorangan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan
Konseling Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sukardi,
D. Ketut. (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional.
Surya,
H. M. (1998). Buku Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Related
Post