NCD MTK DGM |
MAKA LAH
TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP
MATA KULIAH: TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP
DI SUSUN OLEH: YONATAN DOGOMO
NPM :
B2715110001
JURUSAN :
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS : PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP VETERAN
SEMARANG)
Abstrak:
Contoh Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa melalui penggunaan modul
pembelajaran mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika. Contoh Penelitian
dilakukan pada semester genap Tahun Akademik 2018/2019 dengan subjek penelitian
adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika FKIP (Ikip Vetern
Semarang) yang menempuh mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika. Prosedur
penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan setiap siklus terdiri atas empat
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan
data dilakukan melalui tes. Hasil análisis data tes menunjukkan bahwa telah
terjadi pening-katan hasil belajar mahasiswa dari siklus 1 dengan tingkat
ketuntasan 45,45% ke siklus 2 dengan ketun-tasan 78,79%.
Mata kuliah Telaah Kurikulum adalah salah satu
mata kuliah wajib dalam kurikulum program studi Pendidikan Matematika FKIP ikip
veteran jawa tengah, pada kelompok Mata Kuliah Prilaku Berkarya (MPB) dengan
bekerja 2 sks. Ada tujuh mata kuliah dalam kelompok MPB ini, yaitu (1) Telaah
Kuriku-lum, (2) Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Mate-matika I, (3)
Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika II, (4) Evaluasi Pembelajaran
Matema-tika, (5) Penelitian Pendidikan Matematika, (6) PPL I, dan (7) PPL II
(FKIP Unsri, 2007). Susunan mata kuliah kelompok MPB ini jelas terlihat bahwa
mata kuliah Telaah Kurikulum merupakan mata kuliah per-tama yang mengenalkan
profesi guru kepada mahasis-wa, dan merupakan prasyarat bagi mahasiswa untuk
mengambil mata kuliah kelompok MPB lainnya.
Secara umum
tujuan mata kuliah Telaah Kuri-kulum adalah agar mahasiswa memahami konsep
dasar kurikulum dan ketentuan-ketentuan dalam kuri-kulum matematika sekolah
menengah. Isi mata kuliah ini adalah konsep dasar kurikulum, tujuan kurikulum, dan
strategi pelaksanaan kurikulum (pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran).
Pengalaman tim
peneliti mengampu mata kuliah Telaah Kurikulum empat tahun terakhir ini,
menun-jukkan bahwa hasil belajar yang dicapai mahasiswa belum menggembirakan.
Indikator hal ini ditunjukkan rekaman hasil belajar mahasiswa yang disajikan
pada Tabel 1.
Table: Hasil
Belajar Pada Mahasiswa Pada Mata Kuliah Telaah Kurikulum Smp
Tahun Akademik
|
Nilai Akhir
(%)
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|
2015/2016
2016/2017
2017/2018
2018/2019
|
0
0
6,01
5,56
|
0
3,03
9,09
27,78
|
53,45
54,54
69,80
66,16
|
43,33
39,40
15,10
0
|
3,22
3,03
0
0
|
Kesulitan
terbesar yang dialami mahasiswa da-lam mata kuliah ini adalah dalam menjabarkan
materi kurikulum ke dalam konsep, prinsip, pengerjaan, dan pemecahan masalah.
Kondisi ini tentu saja mem-prihatinkan, mengingat sebagai calon guru,
maha-siswa seyogyanya telah memiliki kemampuan yang memadai dalam menjabarkan
materi kurikulum seko-lah menengah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam kurikulum sekolah menengah.
Kegiatan
penjabaran materi ini disebut Analisis Materi Pela-jaran (AMP), yang harus
dilakukan guru sebelum me-nyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Walapun kegiatan ini merupakan ketentuan kuriku-lum yang harus dilakukan oleh
guru, ternyata dari hasil penelitian Aisyah (2006) diperoleh petunjuk bahwa
sebagian besar guru sekolah menengah tidak melakukannya. Yang dilakukan guru
adalah menyalin saja dokumen AMP yang dihasilkan oleh MGMP. Akibatnya guru
tidak menghayati isi penjabaran materi pelajaran yang akan diajarkan yang
berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran matematika di kelas.
Dalam konsep
pengembangan kurikulum ber-basis sekolah (KTSP) setiap guru dituntut untuk
me-ngembangkan silabus dan menyusun sendiri RPP un-tuk mata pelajaran yang
diampunya. Oleh sebab itu, dalam mata kuliah Telaah Kurikulum juga ada aspek
tentang pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Dalam pengembangan silabus ini
mahasiswa juga dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam penjabaran materi
pelajaran, khususnya dalam menen-tukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
operasi yang berkaitan dengan standar kompetensi yang harus di-miliki oleh
siswa pada akhir pembelajaran.
Hasil evaluasi
diri menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab belum memadainya hasil
belajar mahasiswa dalam mata kuliah Telaah Kurikulum ada-lah belum adanya
referensi khusus yang dapat dijadi-kan sumber belajar utama oleh mahasiswa.
Mata kuliah ini relatif baru dan dari penelusuran penulis terhadap
sumber-sumber yang ada selama ini, penulis belum menemukan satu pun buku/diktat
yang dapat memenuhi semua materi yang ada dalam deskripsi mata kuliah ini. Saat
ini sumber belajar utama maha-siswa masih terbatas pada beberapa buku penunjang
didukung dengan materi yang disampaikan oleh dosen melalui kuliah mimbar.
Sumber-sumber yang ada ini tentu saja belum dapat mengakomodasi mahasiswa untuk
memahami materi dengan baik, sehingga ma-hasiswa mengalami kendala pada saat
diskusi di kelas. Hal ini terlihat pada saat mahasiswa mengerjakan tugas-tugas
kelompok di kelas, hanya beberapa ma-hasiswa yang aktif berpartisipasi
mengemukakan pendapat atau memberi tanggapan. Mahasiswa-mahasiswa yang lain
cenderung hanya menerima saja hasil yang diperoleh. Fenomena ini mengisyaratkan
bahwa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok itu belum terjadi diskusi yang
optimal antar anggota kelompok. Salah satu upaya yang diperkirakan dapat
dila-kukan untuk mengatasi faktor penyebab di atas adalah dengan membuat modul
pembelajaran. Menurut Syaodih (2004:165), modul adalah suatu satuan atau unit
pembelajaran terkecil berkenaan dengan suatu masalah atau topik. yang disusun
dalam suatu paket.
Paket modul ini
berisi bahan bacaan serta berbagai bentuk tugas dan latihan. Menurut Winkel
(1999) paket modul sebaiknya memuat komponen-komponen (a) petunjuk pengerjaan
modul, yang mendeskripsikan unit yang harus dipelajari, kegiatan-kegiatan
maha-siswa, alat/sumber yang digunakan serta alat evaluasi, (b) lembar
kegiatan, yang memuat rumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
tugas-tugas yang harus diselesaikan, (c) kunci lembar kegiatan, yang memuat
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang diberikan. Mahasiswa
dapat menco-cokkan sendiri jawabannya, dan (d) lembar tes (latih-an), yang
memuat soal-soal tes yang harus dikerja-kan mahasiswa disertai petunjuk jawaban
latihan.
Dengan demikian,
suatu modul pada prinsipnya sudah memuat secara lengkap unsur-unsur untuk
me-mahami suatu konsep, sehingga pembelajaran dengan menggunakan modul sangat
memungkinkan mahasis-wa untuk belajar secara mandiri dengan atau tanpa bantuan
mahasiswa lain. Menurut Winkel (1999), dalam pembelajaran dengan modul,
mahasiswa dapat mempelajari materi secara mandiri tanpa banyak ber-gantung pada
dosen atau mahasiswa lain sehingga pembelajaran dengan modul sangat
memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengembangkan aktivitas dan kemampuan
belajarnya sesuai dengan kecepatan me-reka masing-masing. Dalam pembelajaran
dengan modul mahasiswa tidak lagi beperan sebagai pende-ngar dan pencatat yang
pasif, tetapi mereka adalah peserta yang aktif membaca, mencoba, menyelidiki,
menganalisis, memecahkan masalah, dan menyim-pulkan. Peranan dosen dalam
pembelajaran modul adalah sebagai pengelola, pengarah, pembimbing,
fa-silitator, dan pendorong aktivitas belajar mahasiswa.
Penggunaan modul sering dikaitkan
dengan ak-tivitas pembelajaran mandiri (self-instruction) yang
berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta
didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya (Depdiknas,
2008). Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif
dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosis kebutuhan belajar-nya
sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajar nya sendiri; mengidentifikasi
sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Implikasi uta-ma kegiatan belajar
mandiri adalah perlunya meng-optimalkan sumber belajar dengan tetap memberikan
peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan
kegiatan belajarnya. Peran dosen/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi
fasilitator belajar dengan menyediakan ber-bagai sumber belajar yang
dibutuhkan, merangsang semangat belajar, memberi peluang untuk menguji/
mempraktikkan hasil belajarnya, memberikan umpan balik tentang perkembangan
belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam
kehidupannya. Untuk itulah diperlukan modul se-bagai sumber belajar utama dalam
kegiatan belajar mandiri.
Dalam pembelajaran dengan
menggunakan mo-dul, mahasiswa dituntut untuk secara aktif menentukan apa yang
dipelajari dan bagaimana cara belajarnya. Jika dalam menyelesaikan tugas-tugas
mahasiswa bekerja dalam kelompok, maka pengalaman yang diperoleh menjadi
semakin kaya. Mereka menjadi terbiasa dalam belajar aktif dan pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian terdahulu (Indaryanti, 2008;
Santyasa, 1999; Wagiran, 2006) menyatakan bahwa pembelajaran dengan modul dalam
pembelajaran konsep dapat mengubah miskon-sepsi siswa menuju konsep ilmiah.
Penelitian-pene-litian lain yang hampir sama
juga merekomendasi penggunaan modul untuk pembelajaran pada level lain dalam
berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study
System, Self-pased study course, dan Keller plan
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apa-kah hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan
me-lalui penggunaan modul pada mata kuliah Telaah Kurikulum Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP Ikip Veteran Semarang Jawa Tenagh.
METODE
Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa program studi Pendidikan Matematika FKIP Ikip yang me-nempuh mata
kuliah Telaah Kurikulum pada semester genap Tahun Akademik 2008/2009. Jumlah
maha-siswa adalah 33 orang yang terdiri atas 5 orang laki-laki dan 28 orang
wanita. Penelitian ini dilaksana-kan dalam dua sklus, setiap siklus terdiri
atas empat tahap kegiatan, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksa-naan, (c)
observasi, dan (d) evaluasi dan refleksi
Pada tahap perencanaan, disusun
rencana tindak-an dalam rangka meningkatkan hasil belajar maha-siswa. Rencana
tindakan yang disusun Tim Dosen pengampu mata Kuliah Telaah Kurikulum adalah
Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP), modul pembelajaran, lembar
observasi, dan perangkat tes hasil belajar. Sebelum digunakan dalam penelitian,
draft 1 modul pembelajaran divalidasi (konten, kon-struk, dan bahasa) oleh
beberapa orang pakar ma-tematika dan pendidikan matematika. Hasil revisi draft
modul yang merupakan draft 2 modul kemu-dian diuji coba pada mahasiswa kelas
paralel. Hasil revisi draft 2 modul inilah yang digunakan sebagai modul dalam
tahap pelaksanaan sesuai dengan ske-nario pembelajaran tindakan kelas.
Observasi ter-hadap aktivitas mahasiswa pada`saat pembelajaran menggunakan
modul dilakukan dengan menggunakan lembar obseervasi dan alat evaluasi yang
telah dibuat.
Analisis data dilakukan untuk
mengetahui apakah penerapan modul yang dikembangkan untuk pem-belajaran mata
kuliah Telaah Kurikulum telah dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
program studi Pendidikan Matematika FKIP Unsri. Pelaksanakan tindakan dikatakan
telah “berhasil” apabila sekurang-kurangnya 70% dari jumlah mahasiswa telah
men-capai ketuntasan belajar, yaitu mencapai skor ≥ 71 (rentang 0-100). Apabila
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum menunjukkan hasil sebagaima-na
yang disebutkan di atas, maka akan dilakukan re-fleksi. Untuk itu Tim peneliti
akan mendiskusikan kelemahan-kelemahan dari tindakan yang sudah dila-kukan
dengan beberapa dosen program studi Pendi-dikan Matematika yang dipandang pakar
di bidang kurikulum pendidikan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan
untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
Data dikumpulkan melalui tes hasil
belajar. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui ketun-tasan hasil belajar
mahasiswa Tes dianalisis meng-gunakan teknik kuantitatif dengan cara
menjumlah-kan skor semua jawaban mahasiswa dari setiap soal. Skor yang
diperoleh mahasiswa dikonversikan dalam bentuk nilai dengan rentang 0-100 untuk
menentu-kan ketuntasan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini dikatakan
berhasil mencapai sasaran apabila ≥ 70% mahasiswa tuntas secara individual atau
men-dapat skor minimal 71.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini didahului dengan
pengembangan modul, yaitu analisis kemampuan awal mahasiswa, validasi dan uji
coba modul. Analisis kemampuan awal mahasiswa dilakukan melalui tes awal
terha-dap mahasiswa menggunakan draft instrumen tes Modul Unit 1. Berdasarkan
tes awal ini diperoleh data bahwa dari 33 mahasiswa peserta mata kuliah ini,
tercatat hanya 3 orang (9,1%) mahasiswa yang mencapai skor > 70 yang
bermakna bahwa kemam-puan awal mahasiswa terhadap mata kuliah ini ma-sih
rendah.
Validasi dilakukan oleh tiga orang
pakar yang terdiri atas orang satu orang pakar matematika, dan dua orang pakar
Pendidikan Matematika. Modul yang divalidasi dan diuji coba terdiri atas 4
Unit, yaitu (a) Unit 1: Beberapa Konsep Dasar Kurikulum; (b) Unit 2: Tujuan dan
Materi Pelajaran Matematika; (c) Unit 3: Pendidikan Kecakapan Hidup; dan (d) Unit
4: Pengembangan Silabus dan RPP. Berdasarkan komentar dan masukan dari para
pakar, dilakukan perbaikan terhadap beberapa bagian awal modul ini. Beberapa
perubahan terhadap materi modul pada desain awal mencakup penambahan
contoh-contoh soal matematika SMP/SMA yang terkait, penam-bahan materi
pemecahan masalah matematika yang merupakan salah satu tujuan kurikuler
pembelajar-an matematika sekolah menengah, dan pembuatan soal-soal pada latihan
dengan menyertakan petunjuk mengerjakan latihan. Hasil perbaikan draf 1 modul
ini merupakan draf 2 modul yang siap untuk diuji coba pada kelas paralel dengan
subjek mahasiswa program studi Pendidikan Matematika program eks-tensi peserta
mata kuliah telaah kurikulum mate-matika.
Berdasarkan uji coba ini, dilakukan
perbaikan terhadap modul untuk menghasilkan draf 2 modul yang siap dinilai
kualitasnya oleh pakar. Skor rata-rata penilaian pakar ini adalah 4,34 dengan
kategori Baik. Semua validator menilai modul sudah baik. Hal ini menunjukkan
bahwa modul layak digunakan pada penelitian.
Penelitian siklus pertama
dilaksanakan mulai tanggal 13 Maret 2009 sampai dengan 17 April 2009 dengan
materi Beberapa Konsep Dasar Kurikulum serta Tujuan dan Materi Pelajaran
Matematika. Pem-belajaran dilaksanakan dalam lima kali pertemuan. Pertemuan
pertama dan kedua, mahasiswa diminta berkerja secara berkelompok, setiap
kelompok ter-diri atas 5 atau 6 anggota kelompok. Anggota ke-lompok ditetapkan
berdasarkan posisi tempat duduk yang berdekatan. Setiap kelompok mendapat tugas
yang sama, yaitu mempelajari dan mendiskusikan materi dilanjutkan dengan
menyelesaikan soal-soal latihan Unit 1 pada modul. Hasil tugas mahasiswa ini
selanjutnya dibahas pada diskusi kelas. Pada akhir pembelajaran, dosen
mengarahkan mahasiswa un-tuk membuat kesimpulan sekaligus memberikan tu-gas
(pekerjaan rumah) untuk mahasiswa, yaitu mem-baca referensi lain yang terkait
dengan materi beri-kutnya.
Pada pertemuan ketiga dan keempat,
kegiatan pembelajaran juga dilaksanakan secara berkelom-pok dengan anggota
kelompok yang sama dengan per-temuan pertama. Setiap kelompok mendapat tugas
yang sama, yaitu mempelajari dan mendiskusikan materi dilanjutkan dengan
menyelesaikan soal-soal latihan Unit 2 pada modul, yang dilanjutkan dengan
diskusi kelas yang membahas hasil pekerjaan maha-siswa.Selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, baik pada pertemuan pertama maupun pada perte-muan
kedua, ketiga, dan keempat dilakukan penga-matan terhadap aktivitas belajar
mahasiswa. Penga-matan dilakukan sendiri oleh Tim Peneliti dengan menggunakan
Lembar Observasi yang sudah disiap-kan sebelumnya.
Pada pertemuan keempat peneliti
memberikan tes yang terdiri atas 5 soal dengan alokasi waktu 100 menit.
Berdasarkan hasil tes ini diperoleh data tentang tingkat ketuntasan hasil
belajar mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggu-nakan modul, sebagaimana
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2
menunjukkan bahwa pada siklus per-tama 15 orang (45,45%) mahasiswa sudah
menca-pai ketuntasan belajar, yang berarti terjadi pening-katan dibandingkan
dengan hasil pada tes awal. Namun ketuntasan belajar klasikal belum tercapai
pada siklus pertama ini. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa semua mahasiswa pada
kelompok A menda-pat skor >70. Skor ini lebih baik dibandingkan dengan skor
lima kelompok lainnya. Jika dikaitkan dengan aktivitas mahasiswa selama proses
pembelajaran, hasil yang diperoleh Kelompok A ini memang lebih baik
dibandingkan lima kelompok lainnya, sebagai-mana disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil
Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Siklus I
Interval Skor
|
Banyak Mahasiswa Berdasarkan
Asal Kelompok
|
|
Persentase (%)
|
|||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
|||||
86 – 100
71 - 85
56 - 70
41 - 55
0 - 40
|
1
5
0
0
0
|
0
1
3
1
0
|
0
0
6
0
0
|
0
4
1
0
0
|
0
0
3
2
1
|
0
4
1
0
0
|
1
14
14
3
1
|
3,03
42,42
42,42
9,09
3,03
|
||
Jumlah
|
1
|
4
|
6
|
5
|
6
|
5
|
33
|
100
|
Tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok
A merupakan kelompok dengan aktivitas yang paling baik. Pada kelompok A,
aktivitas yang paling do-minan adalah dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas.
Beberapa kegiatan yang dominan dilakukan mahasiswa kelompok A adalah
mengerjakan tugas yang ada dalam modul, berdiskusi/bertanya dengan teman/dosen
dalam diskusi kelompok dan menang-gapi perdapat teman dalam diskusi kelas. Pada
setiap pertemuan terlihat bahwa semua mahasiswa berusaha untuk terlibat aktif
dalam mengerjakan tugas yang diberikan, walaupun kadang-kadang inisiatif untuk
mengerjakan tugas ini masih didominasi oleh satu orang saja. Dominasi satu atau
dua orang dalam ke-lompok ini juga terlihat pada lima kelompok lainnya, karena
memang pada semua kelompok memang belum ada pembagian tugas yang jelas. Hal ini
di-maklumi karena mahasiswa belum terbiasa dengan belajar secara kelompok dalam
perkuliahan.
Selanjutnya, berdasarkan hasil tes
yang diker-jakan mahasiswa menunjukkan bahwa kelemahan yang paling mendasar
pada mahasiswa adalah meng-gunakan strategi kognitif dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah matematika berikut: “Diketahui segitiga sama sisi,
lingkaran, dan persegi mempunyai keliling yang sama. Bangun manakah yang
memi-liki luas terbesar”. Dalam menyelesaikan soal peme-cahan
masalah ini mahasiswa sudah dapat mema-hami masalah dengan baik dan menggunakan
konsep yang tepat untuk menyelesaikan soal.
Namun, maha-siswa kesulitan dalam
memilih strategi yang tepat un-tuk penyelasainnya. Akibatnya, lebih dari 50%
mem-buat kesalahan dalam menggunakan strategi untuk menyelesaikan soal ini. Dalam rangka refleksi, peneliti mencoba
meng-kaji hasil tindakan yang telah dicapai pada siklus pertama ini dari aspek
aktivitas dan hasil belajar ma-hasiswa. Hasil pengamatan Peneliti selama proses
pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa (a) pada semua kelompok belum ada
pembagian tugas yang jelas di antara anggota kelompok, (b) inisiatif untuk
menyelesaikan tugas masih didominasi oleh satu atau dua orang saja, (c) pada kelompok-kelompok
ter-tentu masih terdapat anggotanya yang tidak aktif dalam kerja kelompok (diam
saja), dan (d) masih ter-dapat kelemahan dalam penyajian materi objek
mate-matika (fakta, konsep, pirnsip, dan operasi) dalam modul terutama pada
pemberian contoh. Dari hasil diskusi tim pengampu mata kuliah, diperoleh
informasi bahwa kemungkinan salah satu penyebab adalah karena kelompok-kelompok
yang terbentuk belum heterogen secara akademik. Dengan kata lain, pada
kelompok-kelompok tertentu ada yang anggotanya sebagian besar adalah
mahasiswa-maha-siswa dengan tingkat akademik rendah (Kelompok E) dan pada
kelompok-kelompok lainnya ada ang-gotanya yang sebagian besar adalah
mahasiswa-mahasiswa dengan tingkat akademik tinggi (misal-nya kelompok A).
Sehubungan dengan
hasil refleksi di atas, maka dalam pelaksanaan tindakan pada siklus kedua
di-lakukan perbaikan-perbaikan dengan (a) membentuk kelompok didasarkan pada
kemampuan akademik siswa, sehingga diperoleh kelompok-kelompok de-ngan anggota
yang heterogen secara akademik, (b) memupuk kerjasama yang baik diantara
anggota kelompok dengan menerapkan aturan bahwa nila tes yang diperhitungkan
adalah nilai rata-rata dari seluruh anggota kelompok, (c) merevisi modul,
terutama pada Unit 2 tentang Tujuan Pmbelajaran Matematika untuk materi konsep
matematika dan pemecahan masalah matematika, dan (d) mengem-bangkan materi
lebih rinci lagi, soal latihan ditambah dengan yang terkait dengan objek
matematika, dan pada materi pemecahan masalah ditambah dengan berbagai jenis
strategi pemecahan masalah.
Tabel 5. Hasil
Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Siklus II
NO
|
KELOMPOK
|
NOMOR
INDIKATOR
|
SKOR AKHIR
|
KATEGORI
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1
2
3
4
5
6
|
A
B
C
D
E
F
|
4,11
4,55
3,89
4,20
4,32
5,00
|
3,55
3,89
4,20
4,10
3,89
5,00
|
3,89
3,87
3,20
4,20
4,20
5,20
|
4,56
4,10
4,30
4,32
4,32
5,00
|
4,03
4,10
3,90
4,21
4,16
5,00
|
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
SANGAT BAIK
|
Keterangan:
Indikator 1:
perencanaan kerja kelompok (pembagian tugas kelompok, kerjasama kelompok,
kekohesivan kelompok); Indikator 2:melakukan kegiatan/diskusi kelompok;
Indikator 3: membuat kesimpulan, dan Indikator 4: melakukan diskusi kelas.
Penelitian siklus kedua
dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei April 2009 sampai dengan 29 Mei 2009 dengan
materi Unit 3 dan Unit 4. Pertemuan pertama sampai dengan kelima diisi dengan
kerja ke-lompok dengan menggunakan Modul yang dikem-bangkan, sedangkan
pertemuan keenam diisi dengan tes II.
Pembentukan kelompok pada siklus
kedua ini didasarkan pada ranking hasil tes siklus pertama, sehingga diperoleh
kelompok-kelompok yang ang-gotanya heterogen secara akademik.
Berbeda dengan situasi pada siklus
pertama, pada siklus II ini aktivitas siswa dalam pembela-jaran terlihat lebih
“hidup”. Pada setiap kelompok, hampir tidak ada lagi mahasiswa yang hanya
“me-nonton” pekerjaan temannya. Semua kelompok ter-lihat berkompetisi untuk
mendapat hasil yang terbaik dengan pembagian tugas yang jelas antar setiap
ang-gota kelompok, sebagaimana disajikan pada menunjukkan bahwa untuk aktivitas
yang paling dominan pada setiap kelompok adalah aktivitas pada indikator 1 dan
indikator 4. Pada indi-kator 1, aktivitas mahasiswa adalah membagi tugas dan
tanggung jawab anggota untuk mengerjakan tugas kelompok serta mempersiapkan
referensi pendukung. Semua kelompok terlihat memiliki kemampuan yang baik untuk
indikator 1 ini kecuali kelompok C. Pada kelompok ini terdapat satu mahasiswa
dengan intial DR yang terlihat sangat pasif dalam kelompok. Pada pertemuan
pertama dan kedua, DR terlihat kurang antusias dengan kelompoknya.
Ketika diwawancarai terungkap bahwa
DR memang kurang nyaman dengan teman-teman dalam kelompok baru-nya ini,
sehingga tidak berminat untuk terlibat dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompoknya. Pada perte-muan ketiga, DR dipindahkan pada kelompok A dan salah
satu anggota pada kelompok A dipindah pada kelompok C. Pada pertemuan ketiga
dan keem-pat terlihat DR sudah mulai terlibat dalam menger-jakan tugas kelompok
A walaupun kontribusinya memamg tidak terlalu banyak.
Pada pertemuan kelima Peneliti
memberikan tes II, yang terdiri atas 5 soal dengan alokasi waktu 100 menit.
Berdasarkan hasil tes ini diperoleh data tentang tingkat ketuntasan hasil
belajar mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan telaah kurikulum de-ngan
menggunakan modul, seperti tersaji pada menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
memperoleh skor ≥ 70 sudah mencapai 26 orang (78,79%). Hal ini menunjukkan
terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa pada siklus pertama diban-ding
dengan siklus kedua, bahkan hasil belajar maha-siswa ini juga sudah memenuhi
target yang diinginkan walaupun penyelidikan mendalam tentang pengaruh
penggunaan modul ini terhadap hasil belajar maha-siswa belum dilakukan.
Setidak-tidaknya jika diban-dingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang
per-kuliahannya sebelum ini hanya bersandarkan pada buku penunjang, terlihat
bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul ini memberi pengaruh positif
terhadap hasil belajar mahasiswa.
Lebih lanjut, secara lebih terinci
dari hasil tes di atas terlihat bahwa hasil yang diperoleh mahasiswa lebih
merata ditinjau dari asal kelompok. Temuan ini menunjukkan bahwa pembentukan
kelompok heterogen dapat meningkatkan hasil belajar maha-siswa. Keberhasilan
yang dicapai dalam penelitian ini merupakan dampak postitip dari penggunaan
mo-dul dalam pembelajaran dengan pendekatan kelom-pok. Pembelajaran dengan
kelompok heterogen me-rupakan pembelajaran yang didasarkan atas paham
konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa pebe-lajar akan lebih mudah
mengkostruksi pengetahuan-nya, lebih mudah menemukan dan memahami pe-mecahan
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang
dihadapinya. Menurut Widja (1998), belajar secara kelompok heterogen lebih memungkinkan
dapat meningkatkan peran aktif individu. Disamping itu perlu disadari bahwa
peserta kuliah Telaah Kurikulum Matematika Se-kolah Menengah sangat heterogen,
mereka berbeda dalam hal bakat, kemampuan awal, kecerdasan, motivasi, kecepatan
belajar dan dalam hal lainnya.
Sistem perkuliahan dengan metode konvensional
yang selama ini diterapkan kurang mempertim-bangkan berbagai perbedaan
tersebut. Penggunaan modul dalam pembelajaran memberikan peluang yang sangat
baik bagi pebelajar usia dewasa dan dapat mengatasi perbedaan, terutama dalam
kece-patan belajar (Cipto Utomo & Kies Ruijter,1990). Hal ini didukung juga
dengan pendapat bahwa pembelajaran yang memberikan lingkungan belajar dimana
siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda (hetero-gen)
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik akan memupuk pembentukan kelompok
kerja dengan lingkungan positif dan meniadakan persaingan indi-vidu untuk
mencapai tujuan belajar (Carin, 1993). Pembentukan kelompok yang heterogen juga
menim-bulkan iklim saling mendorong untuk sukses dalam kelompok (Lie, 2007;
Slavin, 1994). Hal ini didukung oleh penelitian Ariani (2008) yang
mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan kelompok kooperatif dengan menggunakan
modul dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata pelajaran kimia di
SMA.
Dari penelitian ini juga didapat
temuan bahwa penggunaan modul dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa
menggunakan strategi kognitif. Hal ini sangat masuk akal mengingat dengan modul
maha-siswa dituntut secara mandiri untuk mengkoordina-sikan serta mengembangkan
proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
Kapa-bilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan
perhatian, belajar, mengingat dan ber-fikir mahasiswa terarah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dari peneli-tian ini, maka dapat ditarik simpulan bahwa telah terjadi
peningkatan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran dengan menggunakan modul
yang da-pat melibatkan pembelajaran mahasiswa secara aktif dari siklus pertama
ke siklus kedua. Pada siklus per-tama jumlah siswa yang memenuhi kriteria
keber-hasilan baru mencapai 45,45%. Sedangkan pada siklus kedua jumlah siswa
yang memenuhi kriteria keberhasilan mencapai 78,79%.
Sehubungan
dengan hasil-hasil yang telah di-capai dalam penelitian ini, disarankan kepada
ma-hasiswa dan dosen agar dapat menggunakan modul ini sebagai alternatif dalam
memfasilitasi pembela-jaran mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika.
0 komentar:
Posting Komentar