Hot!

Other News

More news for your entertainment

TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

DOK NCD MTK/DOUW AGAPA

TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
TUGAS INDIVIDU BIMBINGAN KONSELING


NAMA          : YONATAN DOGOMO
NPM             : B271511001
JURUSAN    : PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS : FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


INSTITUTE KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 (IKIP VETERAN SEMARANG)

A. Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997:454) diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, skala penilaian, daftar cek, inventori, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi.
2. Kondisi jasmaniah dan kesehatan.
3. Kapasitas (intelegensi) dan kecakapan.
4. Sikap dan minat.
5. Watak dan temperamen.
6. Cita-cita sekolah dan pekerjaan
7. Aktivitas sosial.
8. Hobi dan pengisian waktu luang.
9. Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki.
10. Latar belakang keluarga siswa.
B. Data Pemahaman Individu
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa sumber, yaitu:
1.    Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
2.    Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
1.    Kelengkapan data
Data yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
a.       data potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimilikinya,
b.      aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
c.       kebutuhan,
d.      tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
e.       karakteristik permanen ataupun temporer.
2.    Relevansi data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling.
3.    Keakuratan data
Data yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data. Empat hal yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
a.       Validitas data
b.      Validitas instrumen
c.       Proses pengumpulan data yang benar
d.      Analisis data yang tepat
4.    Efisiensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi. Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam komputer (soft file/CD) sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang luas.
5.    Efektivitas penggunaan data
Data yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan bimbingan dan konseling
Macam-macam data.

1.    Kecakapan
a.    Kecakapan potensial (potensial ability) diperoleh secara heriditer (pembawaan kelahirannya)
1)   Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
2)   Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
b.    Kecakapan aktual (actual ability) yang menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Misalnya prestasi belajar, keterampilan, kreativitas.
2.    Kepribadian
a.    Fisik dan kebebasan
b.    Psikis
c.    Kegiatan : ekstrakulikuler
d.   Keunggulan-keunggulan dalam bidang : akademik, keagamaan, olah raga, kesenian, keterampilan, sosial, dll
e.    Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
f.     Latar belakang
g.    Agama dan moral
h.    Lingkungan masyaraka
C. Teknik-Teknik Pemahaman Individu
Adapun teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokan menjadi teknik tes dan non tes. Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuaan dari ahli lain yang kompeten untuk itu.
1.    Teknik Tes
a.    Tes Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.
Tingkat kecerdasan(IQ) dengan klasifikasinya:
1)   Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya
2)   Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya
3)   Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded adalah murid yang bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid yang lain.
Dibedakan lebih lanjut kedalam kategori murid-murid;
a)    Debil (moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9-190 tahun.
b)   Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
c)    Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
b.    Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid. Ada dua jenis bakat, yaitubakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan. Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran. Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:
1)   Rekonik. Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2)   Tes bakat musik.
3)   Tes bakat artistik.
4)   Tes bakat klerikal (perkantoran).
5)   Tes bakat yang multifaktor. Tes bakat mengukur berbagai kemampuan khusus.
c.    Tes Prestasi Belajar (Achievement Tests)
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI / SD bertujuan untuk:
1)   Menilai kemampuan belajar murid.
2)   Memberikan bimbingan belajar kepada murid.
3)   Mengecek kemajuan belajar murid.
4)   Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid.
5)   Memperbaiki teknik mengajar guru.
6)   Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasilpembelajaran atau kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi:
1)   Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan.
2)   Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3)   Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan sehari-hari.
2.    Teknik Non-tes
a.    Observasi (pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2)   Direncanakan secara sistematis.
3)   Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4)   Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
1)   Observasi sehari-hari (daily observation).
2)   Observasii sistematis (systematic observation).
3)   Observasi partisipatif (participative observation).
4)   Observasi non-partisipasif (non participative observation).
b.    Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi).
Kelebihan dan kekurangan wawancara
Kelebihan wawancara:
1)   Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid secara mendalam
2)   Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)   Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)   Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahannya:
1)   Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)   Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)   Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
1)   Wawancara pengumpulan data (informational interview)
2)   Wawancara konseling (counseling interview)
3)   Wawancara disiplin (diciplinary interview)
4)   Wawancara penempatan (placement interview).
c. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
1)   Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
2)   Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
3)   Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responder.
d. Catatan Anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1)   Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
2)   Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
3)   Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid.
Catatan anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :
1)   Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
2)   Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
3)   Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.
e. Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang  Penggunaan otobiografi mempunyai bebrapa kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan. Ketiga, ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan halyang sesuai. Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya untuk dibaca oleh orang lain.
Karangan pribadi ni dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
1)   Terstruktur yaitu karangan pribadi  disusun berdasarkan  tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
2)   Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas.
f. Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang:
1)   Murid yang populer
2)   Yang terisolir
3)   Klik(kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri dapat digunakan untuk :
1)   Memperbaiki hubungan insani
2)   Menentukan kelomppok belajar/kerja
3)   Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok.
g. Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari berbagai pihak.
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1)   Menentukan murid yang bermasalah
2)   Memperoleh data
3)   Menganalisis data
4)   Memberikan layanan bantuan.
h. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan di antara beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan seorang atau bebrapa murid yang mempunyai masalah.
Unsur-unsur yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas, konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakaan, orang tua siswa atau personel lain yang mengenal dekat dengan murid.






DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. R. (1997). Psychological testing and assessment. (edition). Tokyo: Allin and Bacon.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Konseling Perorangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sukardi, D. Ketut. (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Surya, H. M. (1998). Buku Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Universitas Terbuka.

Related Post

TUGAS KELOMPOK ANALISIS REAL



                  
NCD MTK DGM

 TUGAS KELOMPOK
ANALISIS REAL

                                 Di susun oleh: 1). Yonatan dogomo
                                                        
                                                     
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ikip Veteran Semarang







2.1. Sifat-sifat aljabar dari R
          2.2. Sifat-sifat urutan dari r
          2.3. Nilai mutlak
          2.4. Sifat kelengkapan dari R
          2.5. Aplikasih dari sifat supernum-infimum


1. Sifat Aljabar Bilangan Real

Pada himpunan bilangan real , terdapat dua operasi biner yang dilambangkan dengan + dan . dan berturut-turut disebut dengan penjumlahan dan perkalian. Operasi biner tersebut memiliki sifat sebagai berikut:

(A1) a + b = b + a untuk setiap a, b (komutatif terhadap penjumlahan)
(A2) (a + b) + c = a + (b + c) untuk setiap a, b, c (assosiatif terhadap perkalian)
(A3) Terdapat elemen 0  R sedemikian sehinggah 0 + a  = a untuk setiap a  R
(A4) Terdapat elemen –a  R sedemikian sehinggah –a + a = a +(-a) = 0 umtuk setiap a  R
Terhadap operasi perkalian:
(M1) a.b = b+a untuk setiap a,b,  R
(M2) (a.b).c = a.(b.c) untuk setiap a,b,c,  R
(M3) Terdapat elemen 1  R sedemikian 1.a = a.1 = a untuk setiap a
(M4) Terdapat elemen 1/a  R sedemikian sehinggah (1/a).a = a.(1/a) = 1 untuk setiap a  R
dan
D. a.(b.c) = a.b+c dan (b+c).a = b.a+c.a untuk setiapp a,b,c  R
Sifat A1 dan M1 mereupakan sifat komutatif, sifat A2 dan M2 merupakan sifat assosiatif, sifat A3 dan M3 mennunjukan aksistensi elemen invers, berturut-turut masing-masing terhadap operasi penjumlah dan perkalian atas penjumlahan. Yang terakhir, sifat D merupakan sifat distributive perkalian atas penjumlahan. Sifat A1-A4, M1-M4, dan D yang dipenuhi oleh semua elemen di R, menjadi R dipandang sebagai suatu lapangan.
Terkait dengan elemen identitas 0 (terhadap operasi penjumlahan) dan 1 (terhadap operasi perkalian), kita memiliki fakta bahwa kedua elemen ini merupakan elemen yang unik atau tunggal. Selain itu, perkalian setiap elemen di R dengan elemen 0. Fakta-fakta ini, secara formal matematis, dapat direpresentasikan teorema berikut ini.
Teorema 1.2
a.       Jika z.,a  R dan z + a = a maka z = 0.
b.      Jika u.b = b dengan u,b  dan juga b 0 maka u = 1.
c.       a.0 = untuk setiap a  R
Bukti:
a.       Berdasar sifat A3, A4, A2 dan hipotesis z + a = a, z = z + 0 = z+(a+(-a)) = (z

+a) + (-a) = a+(-a) = 0
b.      Berdasarkan sifat M1, M2, M3 dan hipotesis u.b = b,b 0, u = u . 1 = u.(b.(1/b)) = (u.b) . (1/b) . (u.b) (a/b) = b.(1/b) = a
Berdasarkan a., diperoleh bahwa a.0 = 0
Teorema: 2.2
a.       Jika a , b  R, a ≠0, dan a.b = maka b = 1/a
b.      Jika a . b = 0 maka a = 0 atau b = 0.
Bukti:
a.       Berdasarkan sifat M3, M4, M2, dan hipotesis a ≠ 0 dan a . b = 1
b = b. 1 = b. (a(1/a)) = (b.a). (1/a) = 1.(1/a) = 1/a.
b.      Andaikan a  0 dan b  0. Akibatnya, (a.b). (1/(a.b)) = 1. Berdasarkan hipotesis, yaitu a.b = 0 dan teorema 1.2.c., kita miliki bahwa (a.b) . (1/(a.b) = 0 (a.b)) = 0
Terjadi kontradiksi di sini, yaitu antara pertanyaan (a.b).(1/(a.b)) = 1 dan (a.b).(1/(a.b)  = 0 dengan demikian, haruslah bahwa a = 0 atau b = 0.









                 


TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP


NCD MTK DGM 

 
MAKA LAH
TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP

MATA KULIAH: TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMP

DI SUSUN OLEH: YONATAN DOGOMO
NPM                      : B2715110001
JURUSAN            : PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS          : PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN





INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP VETERAN SEMARANG)

Abstrak:
 Contoh Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa melalui penggunaan modul pembelajaran mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika. Contoh Penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Akademik 2018/2019 dengan subjek penelitian adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika FKIP (Ikip Vetern Semarang) yang menempuh mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika. Prosedur penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui tes. Hasil análisis data tes menunjukkan bahwa telah terjadi pening-katan hasil belajar mahasiswa dari siklus 1 dengan tingkat ketuntasan 45,45% ke siklus 2 dengan ketun-tasan 78,79%.

 Mata kuliah Telaah Kurikulum adalah salah satu mata kuliah wajib dalam kurikulum program studi Pendidikan Matematika FKIP ikip veteran jawa tengah, pada kelompok Mata Kuliah Prilaku Berkarya (MPB) dengan bekerja 2 sks. Ada tujuh mata kuliah dalam kelompok MPB ini, yaitu (1) Telaah Kuriku-lum, (2) Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Mate-matika I, (3) Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika II, (4) Evaluasi Pembelajaran Matema-tika, (5) Penelitian Pendidikan Matematika, (6) PPL I, dan (7) PPL II (FKIP Unsri, 2007). Susunan mata kuliah kelompok MPB ini jelas terlihat bahwa mata kuliah Telaah Kurikulum merupakan mata kuliah per-tama yang mengenalkan profesi guru kepada mahasis-wa, dan merupakan prasyarat bagi mahasiswa untuk mengambil mata kuliah kelompok MPB lainnya.
Secara umum tujuan mata kuliah Telaah Kuri-kulum adalah agar mahasiswa memahami konsep dasar kurikulum dan ketentuan-ketentuan dalam kuri-kulum matematika sekolah menengah. Isi mata kuliah ini adalah konsep dasar kurikulum, tujuan kurikulum, dan strategi pelaksanaan kurikulum (pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Pengalaman tim peneliti mengampu mata kuliah Telaah Kurikulum empat tahun terakhir ini, menun-jukkan bahwa hasil belajar yang dicapai mahasiswa belum menggembirakan. Indikator hal ini ditunjukkan rekaman hasil belajar mahasiswa yang disajikan pada Tabel 1.

Table: Hasil Belajar Pada Mahasiswa Pada Mata Kuliah Telaah Kurikulum Smp

Tahun Akademik
Nilai Akhir (%)
A
B
C
D
E
2015/2016
2016/2017
2017/2018
2018/2019
0
0
6,01
5,56
0
3,03
9,09
27,78
53,45
54,54
69,80
66,16
43,33
39,40
15,10
0
3,22
3,03
0
0




Kesulitan terbesar yang dialami mahasiswa da-lam mata kuliah ini adalah dalam menjabarkan materi kurikulum ke dalam konsep, prinsip, pengerjaan, dan pemecahan masalah. Kondisi ini tentu saja mem-prihatinkan, mengingat sebagai calon guru, maha-siswa seyogyanya telah memiliki kemampuan yang memadai dalam menjabarkan materi kurikulum seko-lah menengah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam kurikulum sekolah menengah.
Kegiatan penjabaran materi ini disebut Analisis Materi Pela-jaran (AMP), yang harus dilakukan guru sebelum me-nyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Walapun kegiatan ini merupakan ketentuan kuriku-lum yang harus dilakukan oleh guru, ternyata dari hasil penelitian Aisyah (2006) diperoleh petunjuk bahwa sebagian besar guru sekolah menengah tidak melakukannya. Yang dilakukan guru adalah menyalin saja dokumen AMP yang dihasilkan oleh MGMP. Akibatnya guru tidak menghayati isi penjabaran materi pelajaran yang akan diajarkan yang berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran matematika di kelas.

Dalam konsep pengembangan kurikulum ber-basis sekolah (KTSP) setiap guru dituntut untuk me-ngembangkan silabus dan menyusun sendiri RPP un-tuk mata pelajaran yang diampunya. Oleh sebab itu, dalam mata kuliah Telaah Kurikulum juga ada aspek tentang pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Dalam pengembangan silabus ini mahasiswa juga dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam penjabaran materi pelajaran, khususnya dalam menen-tukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan operasi yang berkaitan dengan standar kompetensi yang harus di-miliki oleh siswa pada akhir pembelajaran.
Hasil evaluasi diri menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab belum memadainya hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Telaah Kurikulum ada-lah belum adanya referensi khusus yang dapat dijadi-kan sumber belajar utama oleh mahasiswa. Mata kuliah ini relatif baru dan dari penelusuran penulis terhadap sumber-sumber yang ada selama ini, penulis belum menemukan satu pun buku/diktat yang dapat memenuhi semua materi yang ada dalam deskripsi mata kuliah ini. Saat ini sumber belajar utama maha-siswa masih terbatas pada beberapa buku penunjang didukung dengan materi yang disampaikan oleh dosen melalui kuliah mimbar. Sumber-sumber yang ada ini tentu saja belum dapat mengakomodasi mahasiswa untuk memahami materi dengan baik, sehingga ma-hasiswa mengalami kendala pada saat diskusi di kelas. Hal ini terlihat pada saat mahasiswa mengerjakan tugas-tugas kelompok di kelas, hanya beberapa ma-hasiswa yang aktif berpartisipasi mengemukakan pendapat atau memberi tanggapan. Mahasiswa-mahasiswa yang lain cenderung hanya menerima saja hasil yang diperoleh. Fenomena ini mengisyaratkan bahwa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok itu belum terjadi diskusi yang optimal antar anggota kelompok. Salah satu upaya yang diperkirakan dapat dila-kukan untuk mengatasi faktor penyebab di atas adalah dengan membuat modul pembelajaran. Menurut Syaodih (2004:165), modul adalah suatu satuan atau unit pembelajaran terkecil berkenaan dengan suatu masalah atau topik. yang disusun dalam suatu paket.
  
Paket modul ini berisi bahan bacaan serta berbagai bentuk tugas dan latihan. Menurut Winkel (1999) paket modul sebaiknya memuat komponen-komponen (a) petunjuk pengerjaan modul, yang mendeskripsikan unit yang harus dipelajari, kegiatan-kegiatan maha-siswa, alat/sumber yang digunakan serta alat evaluasi, (b) lembar kegiatan, yang memuat rumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan tugas-tugas yang harus diselesaikan, (c) kunci lembar kegiatan, yang memuat jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang diberikan. Mahasiswa dapat menco-cokkan sendiri jawabannya, dan (d) lembar tes (latih-an), yang memuat soal-soal tes yang harus dikerja-kan mahasiswa disertai petunjuk jawaban latihan.
Dengan demikian, suatu modul pada prinsipnya sudah memuat secara lengkap unsur-unsur untuk me-mahami suatu konsep, sehingga pembelajaran dengan menggunakan modul sangat memungkinkan mahasis-wa untuk belajar secara mandiri dengan atau tanpa bantuan mahasiswa lain. Menurut Winkel (1999), dalam pembelajaran dengan modul, mahasiswa dapat mempelajari materi secara mandiri tanpa banyak ber-gantung pada dosen atau mahasiswa lain sehingga pembelajaran dengan modul sangat memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengembangkan aktivitas dan kemampuan belajarnya sesuai dengan kecepatan me-reka masing-masing. Dalam pembelajaran dengan modul mahasiswa tidak lagi beperan sebagai pende-ngar dan pencatat yang pasif, tetapi mereka adalah peserta yang aktif membaca, mencoba, menyelidiki, menganalisis, memecahkan masalah, dan menyim-pulkan. Peranan dosen dalam pembelajaran modul adalah sebagai pengelola, pengarah, pembimbing, fa-silitator, dan pendorong aktivitas belajar mahasiswa.

Penggunaan modul sering dikaitkan dengan ak-tivitas pembelajaran mandiri (self-instruction) yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya (Depdiknas, 2008). Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosis kebutuhan belajar-nya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajar nya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Implikasi uta-ma kegiatan belajar mandiri adalah perlunya meng-optimalkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran dosen/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan ber-bagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang semangat belajar, memberi peluang untuk menguji/ mempraktikkan hasil belajarnya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan modul se-bagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan mo-dul, mahasiswa dituntut untuk secara aktif menentukan apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya. Jika dalam menyelesaikan tugas-tugas mahasiswa bekerja dalam kelompok, maka pengalaman yang diperoleh menjadi semakin kaya. Mereka menjadi terbiasa dalam belajar aktif dan pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian terdahulu (Indaryanti, 2008; Santyasa, 1999; Wagiran, 2006) menyatakan bahwa pembelajaran dengan modul dalam pembelajaran konsep dapat mengubah miskon-sepsi siswa menuju konsep ilmiah.


 Penelitian-pene-litian lain yang hampir sama juga merekomendasi penggunaan modul untuk pembelajaran pada level lain dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa-kah hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan me-lalui penggunaan modul pada mata kuliah Telaah Kurikulum Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Ikip Veteran Semarang Jawa Tenagh.

METODE

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika FKIP Ikip yang me-nempuh mata kuliah Telaah Kurikulum pada semester genap Tahun Akademik 2008/2009. Jumlah maha-siswa adalah 33 orang yang terdiri atas 5 orang laki-laki dan 28 orang wanita. Penelitian ini dilaksana-kan dalam dua sklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksa-naan, (c) observasi, dan (d) evaluasi dan refleksi
Pada tahap perencanaan, disusun rencana tindak-an dalam rangka meningkatkan hasil belajar maha-siswa. Rencana tindakan yang disusun Tim Dosen pengampu mata Kuliah Telaah Kurikulum adalah Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP), modul pembelajaran, lembar observasi, dan perangkat tes hasil belajar. Sebelum digunakan dalam penelitian, draft 1 modul pembelajaran divalidasi (konten, kon-struk, dan bahasa) oleh beberapa orang pakar ma-tematika dan pendidikan matematika. Hasil revisi draft modul yang merupakan draft 2 modul kemu-dian diuji coba pada mahasiswa kelas paralel. Hasil revisi draft 2 modul inilah yang digunakan sebagai modul dalam tahap pelaksanaan sesuai dengan ske-nario pembelajaran tindakan kelas. Observasi ter-hadap aktivitas mahasiswa pada`saat pembelajaran menggunakan modul dilakukan dengan menggunakan lembar obseervasi dan alat evaluasi yang telah dibuat.

Analisis data dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan modul yang dikembangkan untuk pem-belajaran mata kuliah Telaah Kurikulum telah dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa program studi Pendidikan Matematika FKIP Unsri. Pelaksanakan tindakan dikatakan telah “berhasil” apabila sekurang-kurangnya 70% dari jumlah mahasiswa telah men-capai ketuntasan belajar, yaitu mencapai skor ≥ 71 (rentang 0-100). Apabila pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum menunjukkan hasil sebagaima-na yang disebutkan di atas, maka akan dilakukan re-fleksi. Untuk itu Tim peneliti akan mendiskusikan kelemahan-kelemahan dari tindakan yang sudah dila-kukan dengan beberapa dosen program studi Pendi-dikan Matematika yang dipandang pakar di bidang kurikulum pendidikan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
Data dikumpulkan melalui tes hasil belajar. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui ketun-tasan hasil belajar mahasiswa Tes dianalisis meng-gunakan teknik kuantitatif dengan cara menjumlah-kan skor semua jawaban mahasiswa dari setiap soal. Skor yang diperoleh mahasiswa dikonversikan dalam bentuk nilai dengan rentang 0-100 untuk menentu-kan ketuntasan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini dikatakan berhasil mencapai sasaran apabila ≥ 70% mahasiswa tuntas secara individual atau men-dapat skor minimal 71.








HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini didahului dengan pengembangan modul, yaitu analisis kemampuan awal mahasiswa, validasi dan uji coba modul. Analisis kemampuan awal mahasiswa dilakukan melalui tes awal terha-dap mahasiswa menggunakan draft instrumen tes Modul Unit 1. Berdasarkan tes awal ini diperoleh data bahwa dari 33 mahasiswa peserta mata kuliah ini, tercatat hanya 3 orang (9,1%) mahasiswa yang mencapai skor > 70 yang bermakna bahwa kemam-puan awal mahasiswa terhadap mata kuliah ini ma-sih rendah.
Validasi dilakukan oleh tiga orang pakar yang terdiri atas orang satu orang pakar matematika, dan dua orang pakar Pendidikan Matematika. Modul yang divalidasi dan diuji coba terdiri atas 4 Unit, yaitu (a) Unit 1: Beberapa Konsep Dasar Kurikulum; (b) Unit 2: Tujuan dan Materi Pelajaran Matematika; (c) Unit 3: Pendidikan Kecakapan Hidup; dan (d) Unit 4: Pengembangan Silabus dan RPP. Berdasarkan komentar dan masukan dari para pakar, dilakukan perbaikan terhadap beberapa bagian awal modul ini. Beberapa perubahan terhadap materi modul pada desain awal mencakup penambahan contoh-contoh soal matematika SMP/SMA yang terkait, penam-bahan materi pemecahan masalah matematika yang merupakan salah satu tujuan kurikuler pembelajar-an matematika sekolah menengah, dan pembuatan soal-soal pada latihan dengan menyertakan petunjuk mengerjakan latihan. Hasil perbaikan draf 1 modul ini merupakan draf 2 modul yang siap untuk diuji coba pada kelas paralel dengan subjek mahasiswa program studi Pendidikan Matematika program eks-tensi peserta mata kuliah telaah kurikulum mate-matika.

Berdasarkan uji coba ini, dilakukan perbaikan terhadap modul untuk menghasilkan draf 2 modul yang siap dinilai kualitasnya oleh pakar. Skor rata-rata penilaian pakar ini adalah 4,34 dengan kategori Baik. Semua validator menilai modul sudah baik. Hal ini menunjukkan bahwa modul layak digunakan pada penelitian.
Penelitian siklus pertama dilaksanakan mulai tanggal 13 Maret 2009 sampai dengan 17 April 2009 dengan materi Beberapa Konsep Dasar Kurikulum serta Tujuan dan Materi Pelajaran Matematika. Pem-belajaran dilaksanakan dalam lima kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua, mahasiswa diminta berkerja secara berkelompok, setiap kelompok ter-diri atas 5 atau 6 anggota kelompok. Anggota ke-lompok ditetapkan berdasarkan posisi tempat duduk yang berdekatan. Setiap kelompok mendapat tugas yang sama, yaitu mempelajari dan mendiskusikan materi dilanjutkan dengan menyelesaikan soal-soal latihan Unit 1 pada modul. Hasil tugas mahasiswa ini selanjutnya dibahas pada diskusi kelas. Pada akhir pembelajaran, dosen mengarahkan mahasiswa un-tuk membuat kesimpulan sekaligus memberikan tu-gas (pekerjaan rumah) untuk mahasiswa, yaitu mem-baca referensi lain yang terkait dengan materi beri-kutnya.
Pada pertemuan ketiga dan keempat, kegiatan pembelajaran juga dilaksanakan secara berkelom-pok dengan anggota kelompok yang sama dengan per-temuan pertama. Setiap kelompok mendapat tugas yang sama, yaitu mempelajari dan mendiskusikan materi dilanjutkan dengan menyelesaikan soal-soal latihan Unit 2 pada modul, yang dilanjutkan dengan diskusi kelas yang membahas hasil pekerjaan maha-siswa.Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik pada pertemuan pertama maupun pada perte-muan kedua, ketiga, dan keempat dilakukan penga-matan terhadap aktivitas belajar mahasiswa. Penga-matan dilakukan sendiri oleh Tim Peneliti dengan menggunakan Lembar Observasi yang sudah disiap-kan sebelumnya.


Pada pertemuan keempat peneliti memberikan tes yang terdiri atas 5 soal dengan alokasi waktu 100 menit. Berdasarkan hasil tes ini diperoleh data tentang tingkat ketuntasan hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggu-nakan modul, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada siklus per-tama 15 orang (45,45%) mahasiswa sudah menca-pai ketuntasan belajar, yang berarti terjadi pening-katan dibandingkan dengan hasil pada tes awal. Namun ketuntasan belajar klasikal belum tercapai pada siklus pertama ini. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa semua mahasiswa pada kelompok A menda-pat skor >70. Skor ini lebih baik dibandingkan dengan skor lima kelompok lainnya. Jika dikaitkan dengan aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran, hasil yang diperoleh Kelompok A ini memang lebih baik dibandingkan lima kelompok lainnya, sebagai-mana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Siklus I

Interval Skor

Banyak Mahasiswa Berdasarkan Asal Kelompok


Jumlah



Persentase (%)
A
B
C
D
E
F
86 – 100
71 - 85
56 - 70
41 - 55
0 - 40
1
5
0
0
0
0
1
3
1
0
0
0
6
0
0
0
4
1
0
0
0
0
3
2
1
0
4
1
0
0
1
14
14
3
1
3,03
42,42
42,42
9,09
3,03
Jumlah
1
4
6
5
6
5
33
100



Tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok A merupakan kelompok dengan aktivitas yang paling baik. Pada kelompok A, aktivitas yang paling do-minan adalah dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas. Beberapa kegiatan yang dominan dilakukan mahasiswa kelompok A adalah mengerjakan tugas yang ada dalam modul, berdiskusi/bertanya dengan teman/dosen dalam diskusi kelompok dan menang-gapi perdapat teman dalam diskusi kelas. Pada setiap pertemuan terlihat bahwa semua mahasiswa berusaha untuk terlibat aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan, walaupun kadang-kadang inisiatif untuk mengerjakan tugas ini masih didominasi oleh satu orang saja. Dominasi satu atau dua orang dalam ke-lompok ini juga terlihat pada lima kelompok lainnya, karena memang pada semua kelompok memang belum ada pembagian tugas yang jelas. Hal ini di-maklumi karena mahasiswa belum terbiasa dengan belajar secara kelompok dalam perkuliahan.

Selanjutnya, berdasarkan hasil tes yang diker-jakan mahasiswa menunjukkan bahwa kelemahan yang paling mendasar pada mahasiswa adalah meng-gunakan strategi kognitif dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika berikut: “Diketahui segitiga sama sisi, lingkaran, dan persegi mempunyai keliling yang sama. Bangun manakah yang memi-liki luas terbesar”. Dalam menyelesaikan soal peme-cahan masalah ini mahasiswa sudah dapat mema-hami masalah dengan baik dan menggunakan konsep yang tepat untuk menyelesaikan soal.
Namun, maha-siswa kesulitan dalam memilih strategi yang tepat un-tuk penyelasainnya. Akibatnya, lebih dari 50% mem-buat kesalahan dalam menggunakan strategi untuk menyelesaikan soal ini.  Dalam rangka refleksi, peneliti mencoba meng-kaji hasil tindakan yang telah dicapai pada siklus pertama ini dari aspek aktivitas dan hasil belajar ma-hasiswa. Hasil pengamatan Peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa (a) pada semua kelompok belum ada pembagian tugas yang jelas di antara anggota kelompok, (b) inisiatif untuk menyelesaikan tugas masih didominasi oleh satu atau dua orang saja, (c) pada kelompok-kelompok ter-tentu masih terdapat anggotanya yang tidak aktif dalam kerja kelompok (diam saja), dan (d) masih ter-dapat kelemahan dalam penyajian materi objek mate-matika (fakta, konsep, pirnsip, dan operasi) dalam modul terutama pada pemberian contoh. Dari hasil diskusi tim pengampu mata kuliah, diperoleh informasi bahwa kemungkinan salah satu penyebab adalah karena kelompok-kelompok yang terbentuk belum heterogen secara akademik. Dengan kata lain, pada kelompok-kelompok tertentu ada yang anggotanya sebagian besar adalah mahasiswa-maha-siswa dengan tingkat akademik rendah (Kelompok E) dan pada kelompok-kelompok lainnya ada ang-gotanya yang sebagian besar adalah mahasiswa-mahasiswa dengan tingkat akademik tinggi (misal-nya kelompok A).

Sehubungan dengan hasil refleksi di atas, maka dalam pelaksanaan tindakan pada siklus kedua di-lakukan perbaikan-perbaikan dengan (a) membentuk kelompok didasarkan pada kemampuan akademik siswa, sehingga diperoleh kelompok-kelompok de-ngan anggota yang heterogen secara akademik, (b) memupuk kerjasama yang baik diantara anggota kelompok dengan menerapkan aturan bahwa nila tes yang diperhitungkan adalah nilai rata-rata dari seluruh anggota kelompok, (c) merevisi modul, terutama pada Unit 2 tentang Tujuan Pmbelajaran Matematika untuk materi konsep matematika dan pemecahan masalah matematika, dan (d) mengem-bangkan materi lebih rinci lagi, soal latihan ditambah dengan yang terkait dengan objek matematika, dan pada materi pemecahan masalah ditambah dengan berbagai jenis strategi pemecahan masalah.

Tabel 5. Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Siklus II

NO
KELOMPOK
NOMOR INDIKATOR
SKOR AKHIR
KATEGORI
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
A
B
C
D
E
F
4,11
4,55
3,89
4,20
4,32
5,00
3,55
3,89
4,20
4,10
3,89
5,00
3,89
3,87
3,20
4,20
4,20
5,20
4,56
4,10
4,30
4,32
4,32
5,00
4,03
4,10
3,90
4,21
4,16
5,00
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
SANGAT BAIK

Keterangan:
Indikator 1: perencanaan kerja kelompok (pembagian tugas kelompok, kerjasama kelompok, kekohesivan kelompok); Indikator 2:melakukan kegiatan/diskusi kelompok; Indikator 3: membuat kesimpulan, dan Indikator 4: melakukan diskusi kelas.

Penelitian siklus kedua dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei April 2009 sampai dengan 29 Mei 2009 dengan materi Unit 3 dan Unit 4. Pertemuan pertama sampai dengan kelima diisi dengan kerja ke-lompok dengan menggunakan Modul yang dikem-bangkan, sedangkan pertemuan keenam diisi dengan tes II.
Pembentukan kelompok pada siklus kedua ini didasarkan pada ranking hasil tes siklus pertama, sehingga diperoleh kelompok-kelompok yang ang-gotanya heterogen secara akademik.
Berbeda dengan situasi pada siklus pertama, pada siklus II ini aktivitas siswa dalam pembela-jaran terlihat lebih “hidup”. Pada setiap kelompok, hampir tidak ada lagi mahasiswa yang hanya “me-nonton” pekerjaan temannya. Semua kelompok ter-lihat berkompetisi untuk mendapat hasil yang terbaik dengan pembagian tugas yang jelas antar setiap ang-gota kelompok, sebagaimana disajikan pada menunjukkan bahwa untuk aktivitas yang paling dominan pada setiap kelompok adalah aktivitas pada indikator 1 dan indikator 4. Pada indi-kator 1, aktivitas mahasiswa adalah membagi tugas dan tanggung jawab anggota untuk mengerjakan tugas kelompok serta mempersiapkan referensi pendukung. Semua kelompok terlihat memiliki kemampuan yang baik untuk indikator 1 ini kecuali kelompok C. Pada kelompok ini terdapat satu mahasiswa dengan intial DR yang terlihat sangat pasif dalam kelompok. Pada pertemuan pertama dan kedua, DR terlihat kurang antusias dengan kelompoknya.

Ketika diwawancarai terungkap bahwa DR memang kurang nyaman dengan teman-teman dalam kelompok baru-nya ini, sehingga tidak berminat untuk terlibat dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompoknya. Pada perte-muan ketiga, DR dipindahkan pada kelompok A dan salah satu anggota pada kelompok A dipindah pada kelompok C. Pada pertemuan ketiga dan keem-pat terlihat DR sudah mulai terlibat dalam menger-jakan tugas kelompok A walaupun kontribusinya memamg tidak terlalu banyak.
Pada pertemuan kelima Peneliti memberikan tes II, yang terdiri atas 5 soal dengan alokasi waktu 100 menit. Berdasarkan hasil tes ini diperoleh data tentang tingkat ketuntasan hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan telaah kurikulum de-ngan menggunakan modul, seperti tersaji pada menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 70 sudah mencapai 26 orang (78,79%). Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa pada siklus pertama diban-ding dengan siklus kedua, bahkan hasil belajar maha-siswa ini juga sudah memenuhi target yang diinginkan walaupun penyelidikan mendalam tentang pengaruh penggunaan modul ini terhadap hasil belajar maha-siswa belum dilakukan. Setidak-tidaknya jika diban-dingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang per-kuliahannya sebelum ini hanya bersandarkan pada buku penunjang, terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul ini memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar mahasiswa.

Lebih lanjut, secara lebih terinci dari hasil tes di atas terlihat bahwa hasil yang diperoleh mahasiswa lebih merata ditinjau dari asal kelompok. Temuan ini menunjukkan bahwa pembentukan kelompok heterogen dapat meningkatkan hasil belajar maha-siswa. Keberhasilan yang dicapai dalam penelitian ini merupakan dampak postitip dari penggunaan mo-dul dalam pembelajaran dengan pendekatan kelom-pok. Pembelajaran dengan kelompok heterogen me-rupakan pembelajaran yang didasarkan atas paham konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa pebe-lajar akan lebih mudah mengkostruksi pengetahuan-nya, lebih mudah menemukan dan memahami pe-mecahan konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Menurut Widja (1998), belajar secara kelompok heterogen lebih memungkinkan dapat meningkatkan peran aktif individu. Disamping itu perlu disadari bahwa peserta kuliah Telaah Kurikulum Matematika Se-kolah Menengah sangat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat, kemampuan awal, kecerdasan, motivasi, kecepatan belajar dan dalam hal lainnya.
 Sistem perkuliahan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan kurang mempertim-bangkan berbagai perbedaan tersebut. Penggunaan modul dalam pembelajaran memberikan peluang yang sangat baik bagi pebelajar usia dewasa dan dapat mengatasi perbedaan, terutama dalam kece-patan belajar (Cipto Utomo & Kies Ruijter,1990). Hal ini didukung juga dengan pendapat bahwa pembelajaran yang memberikan lingkungan belajar dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda (hetero-gen) untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik akan memupuk pembentukan kelompok kerja dengan lingkungan positif dan meniadakan persaingan indi-vidu untuk mencapai tujuan belajar (Carin, 1993). Pembentukan kelompok yang heterogen juga menim-bulkan iklim saling mendorong untuk sukses dalam kelompok (Lie, 2007; Slavin, 1994). Hal ini didukung oleh penelitian Ariani (2008) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan kelompok kooperatif dengan menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata pelajaran kimia di SMA.

Dari penelitian ini juga didapat temuan bahwa penggunaan modul dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa menggunakan strategi kognitif. Hal ini sangat masuk akal mengingat dengan modul maha-siswa dituntut secara mandiri untuk mengkoordina-sikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapa-bilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar, mengingat dan ber-fikir mahasiswa terarah.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari peneli-tian ini, maka dapat ditarik simpulan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran dengan menggunakan modul yang da-pat melibatkan pembelajaran mahasiswa secara aktif dari siklus pertama ke siklus kedua. Pada siklus per-tama jumlah siswa yang memenuhi kriteria keber-hasilan baru mencapai 45,45%. Sedangkan pada siklus kedua jumlah siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan mencapai 78,79%.
Sehubungan dengan hasil-hasil yang telah di-capai dalam penelitian ini, disarankan kepada ma-hasiswa dan dosen agar dapat menggunakan modul ini sebagai alternatif dalam memfasilitasi pembela-jaran mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika.