Oleh
: Ismail Asso
|
Islam “Mendukung” Papua Merdeka
Kesannya
selama ini tidak ada muslim Papua yang mendukung perjuangan bangsa Papua keluar
dari “penjajahan” (kecuali Thaha Al Hamid, Sekjen PDP), umat muslim di Papua
maupun Indonesia bersikap diam, tidak progressif malah tidak ada inisiatif sama
sekali bahkan cenderung menyetujui “penjajahan” atas Tanah dan bangsa Papua.
Lembaga dan ormas Islam tidak ada yang menyuarakan pelanggaran HAM dan sejumlah
ketidak adilan yang terjadi di Papua, justru selama ini lembaga dan organisasi
Kristen yang getol menyuarakan “nahi mungkar” yang terjadi di bumi Papua,
pantaslah kiranya bila orang non muslim ada yang mempertanyakan apakah benar
Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengajarkan tentang kebenaran
universal ?
Oleh
: Ismail Asso*
“Mengapa
kamu tidak mau berperang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah
baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo’a; Ya Tuhan
kami keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi
Engkau!”. (QS. 4: 75).
Kutipan
ayat Al Quran di atas untuk memperjelas dan menjadi dasar pemaparan penulis
selanjutnya, karena keterbatasan ruang sehingga penulis tidak menjelaskan
secara komprehensif tuntas, tapi partial.
Pembahasan
ini penting artinya bagi kaum muslimin Papua, karena kebanyakan orang Papua
belum tahu bagaimana ajaran Islam sesungguhnya dalam konteks pembebasan Papua.
Padahal
pembebasan adalah hukum perintah agama Islam, penulis merasa penting
menjelaskan ini karena selama ini belum pernah dijelaskan oleh orang-orang
muslim Papua sendiri.
Bahkan
sayangnya selama ini ada kekeliruan masyarakat Papua, baik kalangan orang Islam
sendiri, utamanya orang Papua diluar Islam, keterkaitan Islam sebagai suatu
nilai kebenaran yang bersifat universal dan perjuangan Papua serta muslim
sebagai pribadi-pribadi yang berpotensi multi interpretasi.
Tulisan
singkat ini mencoba menjelaskan keterkaitan Islam dan Pembebasan Papua
perspektif muslim Papua. Muslim Papua antara Merdeka "M" atau Otsus
"O".
Kesan
banyak kalangan sampai saat ini muslim Papua (kecuali Sekjend PDP, Muhammad
Thoha Al-Hamid) dalam perjuangan dari penjajahan, darimanapun kolonialisme itu,
bersikap diam, tidak progressif malah tidak ada inisiatif sama sekali dalam
rangka mengambil bagian pembebasan Papua bersama rakyat Papua secara bersama.
Parahnya
lagi, Muslim Papua (tanpa membedakan pribumi – pendatang) seakan menyetujui
penjajahan atas dirinya.
Lembaga-lembaga
Islam seperti MUI, Muhammadiyyah, ICMI dan PWNU Papua, juga organisasi
mahasiswanya seperti HMI, IMM, PMII dan KAMMI di Papua sendiri diam tanpa
peduli atas pelanggaran HAM berat di Papua selama ini.
Sejak
daerah ini di aneksasi melalui Pepera tahun 1962 yang konon tidak melalui
mekanisme one man one vote, berbeda dengan lembaga agama Kristen, Keuskupan
Papua dan Klassis GKI Papua yang selalu aktif menyuarakan dan mengangkat
pelanggarakan HAM terasa lebih dominan kepekaannya menegakkan nilai-nilai
kebenaran ajaran agamanya itu.
Sebaliknya,
muslim Papua dan ormas Islam dalam hal pelanggaran HAM oleh aparat TNI/POLRI
diam seakan tidak terjadi sesuatu, dan
menunjukkan ketidak pekaannya.
Asumsi
orang bukan penganut agama Islam bahwa Islam adalah agama tidak benar dan bukan
ajaran kebenaran universal.
Padahal
tidak demikian ajaran paling mendasar agama Islam sebagaimana dasar-dasar
ajaran agama Islam itu akan di tegaskan dalilnya dalam bagian tulisan berikut
ini.
Umumnya
institusi Islam dan kaum muslimin Papua dalam sikap antara pilihan
"M" dan" O", terkesan mendukung "O" alias
menghalangi pembebasan Papua. muslim Papua tidak ingin merdeka apalagi membantu
berjuang membebaskan Papua dari “penjajahan”. Demikian mentalitas masyarakat
sipil yang datang mengais rezeki di Tanah Papua.
Terlepas
dari persoalan beda interpretasi atas teks-teks suci (Al-Quran dan Al-Hadits),
guidance (pegangan), memungkinkan multi interpretasi, namun sangat disayangkan
muslim Papua diam berpangku tangan.
Hal
itu tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai rahmatan
lil'alamin (kasih sayang bagi seluruh alam).
Untuk
itu kedepan kaum muslimin Papua sebagai jaminan agamanya itu wajib ikut serta
dalam membebaskan Papua dari penjajahan, entah darimanapun penjajahan itu,
karena jaminan kebenarannya adalah Allah dan Rasul (baca, -Qur’an dan
Al-Hadits).
Karena
ajaran dasar agama Islam menjamin hal itu. Tujuan kehadiran Islam melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir, menyempurnakan agama terdahulu dengan
semangat pembebasan.
Termasuk
pembebasan Papua dari penindasan dan penistaan martabat kemanusiaan oleh
Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Namun
sangat disayangkan karena peran kaum muslimin Papua tidak terlihat. Betapapun
pelaku kekerasan dan penjajahan orang beragama Islam kalau itu melanggar ajaran
kebenaran dan keadilan maka wajib hukumnya menolak.
Oleh
sebab itu tindakan penindasan tidak menutup kemungkinan bisa saja dilakukan
oleh orang lain yang seagama dengan kita. Dan kita wajib menentangnya kalau itu
bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam.
Sedangkan
ajaran dasar agama islam menyuruh kita menegakkan keadilan dan amar ma’ruf nahi
mungkar (menyuruh kebenaran mencegah kemungkaran). Karena keadilan adalah
ajaran paling pokok dan dasar dalam Islam seperti Firman Allah SWT yang
terjemahannya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. 5:8)”.
Implikasi
ayat ini mengharuskan kita sebagai muslim wajib menegakkan keadilan tanpa
pembatasan pada apa dan siapa. Keharusan menegakkan keadilan pada siapapun dari
tindakan kejahatan yang dilakukan oleh siapapun apakah saudara, keluarga,
seagama jika ada tindakan keburukan, maka wajib bagi orang berimana (menurut
ayat diatas) menegakkan ketidakadilan.
Banyak
perintah dalam ayat Al-Qur’an menyuruh orang-orang muslim beriman untuk menyeru
kebaikan, keadilan dan mencegah keburukan bagi muslim hukumnya wajib.
Namun
kebanyakan muslim Papua karena yang melakukan penindasan itu adalah Indonesia
yang mayoritas beragama Islam maka diam tanpa mengkritisi tindakan itu salah
atau benar sesungguhnya suatu sikap dan tindakan salah maka dengan sendirinya
tidak adil.
Pembebasan
Papua dari penindasan sesungguhnya li’Ila kalaimatillah izzul islam walmuslimin
Papua. Ini berarti rekontektualisasi nilai-nilai Islam paling tinggi dan jauh
ditarik turun kebawah sesuai konteks social politik dan budaya Papua.
Namun
demikian sayangnya kebanyakan kaum muslimin Papua tidak menyadari nilai
kebaikan dan keadilan Islam tanpa pandang bulu.
Hal
demikian disebabkan oleh akibat kurang mengenalnya kita, muslim Papua, akan
ajaran inti Al-Quran yang sesungguhnya hadir dimuka bumi untuk membebaskan umat
manusia dari ketertindasan, pembunuhan, perampasan hak-hak asasi manusia
seperti yang terjadi pada bangsa Papua Barat saat ini.
Perampasan
atau perampokan harta kekayaan Papua oleh siapapun Indonesia mayoritas beragama
Islam adalah kebathilan, kedholiman yang bertentangan dengan ajaran agama
Islam.
Penganiayaan
bangsa Papua apapun alasannya, bertentangan dengan ajaran inti Islam yang
terkandung didalam kitab suci, Al-Qur'an dan Al-Hadist. Sebab esensi kehadiran
Islam dimuka bumi adalah rahmatan lil’alamin, kasih sayang bagi seluruh alam,
dan missi utamanya kemerdekaan, kebenaran, keadilan dan pesan utamanya sesuai
nama agama Islam itu sendiri yaitu kedamaian.
Muslim
lain, sikapnya dalam konteks Papua bertentangan dengan kenyataan penindasan
Indonesia. Muslim Papua tidak seperti Thoha Al-Hamid yang Sekjen PDP itu.
Muslim
pribumi mudah percaya omong kosong yang umum kita ketahui bersama seperti
integrasi Papua dalam NKRI untuk membangun dan memajukan rakyat Papua, padahal
kenyataan yang terjadi adalah pencurian dan pengangkutan kekayaan alam Papua
yang sangat kaya raya dengan membiarkan ketertinggalan, keterbelakangan dan
kebodohan rakyat Papua.
Pihak
lain hadir ke Papua hanya menghalangi penentuan nasib sendiri sebagaimana hal
itu merupakan sunnatullah (natural law) dalam artian bahwa kemerdekaan atau
kebebasan menentukan nasib sendiri sebagai sebuah bangsa adalah konsekuensi
logis yang Allah memberikannya kebebasan itu.
Muslim
Papua wajib menjaga perampasan kebebasan akan hak-haknya yang diberikan dan
dijamin oleh Allah SWT untuk di dipelihara dari demi kemakmuran seluruh rakyat
Papua sendiri dari perampokan oleh Amerika (emas orang Papua di Timika), gas
dan minyak oleh Inggris di Bintuni, gas alam di Mamberamo Raya oleh Cina, ikan
dan udang oleh Jepang, kayu besi (Merbau) oleh berbagai negara dll.
Muslim
tidak boleh diam harga diri dan kekayaan alam dirampas bangsa lain. Karena
kekayaan alam melimpah yang diberikan oleh Allah SWT, sebagai amanah kepada
kita dan dipelihara dari kerusakan, perampasan dan pencurian negara lain harus
dilawan.
Untuk
itu tulisan ini harapannya muslim Papua harus menjadi sadar kembali atas
kekeliruan selama ini, kedepan kaum muslimin Papua tanpa membedakan pribumi
maupun pendatang kedepan harus menbangun kesadaran sebagai muslim Papua untuk
berdiri dalam barisan terdepan menyuarakan kebenaran atas penjajahan dan
penindasan hak-hak hidup manusiawi yang dirampok dan ditindas oleh asing.
Penjajah
harus dilawan sebagai hukum wajib (fardhu ‘ain) oleh seluruh muslim Papua.
Muslim Papua menyerukan resolusi jihad fisabilillah bagi pembebasan Papua. Setidaknya
tulisan ini sebagai ghozwulfikri, bahwa dengan opini demikian akan menjadi
khiroh (semangat) kaum muslimin Papua khususnya internal muslim dari kekeliruan
sikap politik antara dua pilihan sebelum ini atas intrepretasi ajaran Islam. Muslim
Papua wajib menegakkan keadilan sebagai perintah Allah SWT, yang mulia
diwujudkan dengan menyatakan kebenaran sebagai yang benar dan salah sebagai
salah (‘amar ma’ruf nahi mungkar). Islam
Dan Muslim Berbeda Mendukung Papua
Adalah
wajib hukumnya bagi muslim kedepan ini, kalau memang mereka benar muslim dan
ingin menegakkan nilai-nilai Islam yang benar sesuai ajaran yang ada dalam
Qur'an-Hadist. Muslim
Papua, dari manapun asal-usul keturunannya wajib melawan penindasan, sebab
pendindasan tidak sejalan dengan semangat agama Islam yang mengajarkan nilai
persamaan dan menjunjung martabat atau harga diri manusia.
Sikap
demikian sejalan dengan ajaran Islam, karena esensi Islam hadir ke dunia
melalui Nabi Muhammad SAW untuk membebaskan umat manusia serta menegakkan
nilai-nilai kebenaran dan keadilan tidak terkecuali ditanah Papua saat ini. Islam
sekali lagi hanya, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Sebagaimana nilai
Islam di jelaskan di atas kini menjadi kewajiban tidak hanya oleh muslim
pribumi seperti Thoha Al-Hamid namun seluruh muslim Papua harus menyatakan
kebenaran bahwa penjajahan atau pencurian, perampokan atau exploitasi kekayaan
alam Papua seperti PT.Freeport, British Petrolium di Bintuni (daerah penduduk
muslim dari dulu), pencurian kayu (illegal logging), harus dilawan untuk di
pertahankan.
Muslim
Papua harus ikut serta melawan ini sebagai jihad fisabilillah, islam agama
Tuhan rakyat Papua anggap Islam identik dengan Jawa, Bugis-Buton- Makasar dan
Ternate, Fak-Fak Selatan Kepala Burung Papua. Maka
persepsi orang bahwasanya agama Islam melegalisasikan ajarannya sebagaimana
yang dipertontonkan muslim saat ini adalah salah, muslim penjajah dan
menganggap Islam sama dengan Indonesia. Padahal ajaran agama Islam lain dan
harus dibedakan dari suku bangsa.
Indonesia
85% pemeluk agama Islam. Sehingga mereka yang beragama Islam datang. Tapi harus
dibedakan dan kita harus ingat bahwa Islam agama Tuhan, Islam agama
diperuntukkan bagi umat manusia dijagat raya, tidak hanya, Indonesia yang
mendholimi bangsa Papua.
Lalu
dimana kaitan Islam dalam mendukung pembebasan Papua oleh Muslim?
Islam
dimanapun hadir membebaskan penjajahan, perampasan, dan penindasan. Lalu adakah
Islam mendukung Papua merdeka? Jawabannya 100% mendukung sebagaimana pengertian
Islam dari "sana"-nya karena kemerdekaan adalah hak kodrati yang
dijamin oleh Allah SWT, kepada setiap individu dan bangsa.
Tapi
kalau pertanyaan ini di tanyakan adakah muslim mendukung Papua Merdeka ?
Jawabannya ada dan tidak. Karena
jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah yang terbesar dan mayoritas
penduduknya beragama Islam di dunia maka penting di jelaskan di sini, tentang
perbedaan pengertian antara islam dan muslim. Penjajahan
Papua sama sekali tidak ada kaitan dengan Islam, karena islam dan muslim
berbeda walaupun berasal dari satu akar kata. Muslim sebagai kata benda yang
berarti manusianya, sedangkan Islam sebagai kata sifat yang abstrak, berarti
nilai.
Sesuatu
yang berdimensi nilai berarti juga sesuatu yang dianggap suci, sakral
(keramat), yang berintikan ajaran-ajaran doktrin pokoknya bersifat
transendetal. Wallahu'alam Bishowaaf.
(Penulis
adalah Pendakwah asli Papua/dikutip dari papuapostblog dan diedit seperlunya
oleh redaksi)
0 komentar:
Posting Komentar