CERPEN KARANGAN KEBAHAGIAN ITU UNTUKKU
Malam ini ku merenungi malam yang sunyi, kutatap
bintang di langit dengan cahaya rembulan yang selalu membuat hati ini tenang
sambil ku berbisik, Apakah bintang-bintang selalu bahagia?
Semakin lama, air mataku mengalir membasahi
pipiku, aku selalu ingin bertanya kepada tuhan apakah aku tidak berhak bahagia?
Hingga aku tersadar bahwa ayahku pulang bekerja. Aku pun segera masuk rumah dan
membukakan pintu untuk ayahku. Arlinda itulah namaku aku biasa dipanggil Arlin,
usiaku 14 tahun ini. Arlin, Apa mamamu sudah pulang?” Tanya ayah. Belum yah.”
ucapku. Ayah pun pergi ke kamar sambil menutup pintu dengan suara yang keras.
Keluargaku memang tidaklah harmonis, ayahku
selalu pergi entah itu bekerja ataupun tidak betah di rumah, Sedangkan ibuku
tidak pernah menjadi istri dan ibu yang baik untuk aku dan ayahku. Setiap hari
ibu selalu pergi dengan teman-temannya.
Keluargaku memanglah tergolong kaya namun tak pernah ada keharmonisan dan kasih sayang di keluarga ini.
Keluargaku memanglah tergolong kaya namun tak pernah ada keharmonisan dan kasih sayang di keluarga ini.
Malam ini ibuku pulang jam 00.00 ia pulang
diantar seirang laki-laki, Mungkin ibu kira ayah belum pulang jadi dia berani
diantar seorang laki-laki.Ayah yang melihat hal itu langsung marah-marah dan
bertengar dengan ibu, aku hanya bisa menangis melihat kedua orangtuaku saling
memukul satu sama lain.
Pagi harinya aku berangkat sekolah tanpa pamit
dengan ayah dan ibu. Aku berencana mungkin 3 hari kedepan aku akan menginap di
rumah temanku karena aku marah kepada ayah dan ibuku. Aku akan menginap di
rumah Tyas, ia bukanlah anak orang kaya dia masuk di sekolah favorit pun karena
dia mendapatkan beasiswa.
“Tyas, boleh nggak selama 3 hari kedepan aku
nginep di rumah kamu?” tanyaku padanya
“Boleh dong” jawab tyas? Makasih” ucapku lagi. Tapi maaf ya rumah aku enggak sebesar rumah kamu” kata Tyas, iya enggak papa kok.” Jawabku. Sesampainya di rumah Tyas aku lihat rumahnya sangat sederhana bahkan jauh dari kata mewah namun ayah dan ibunya begitu perhatian padanya, Bahkan sesibuk sibuknya ayahnya Tyas, ia selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarganya. Walaupun hidup Tyas sangat sederhana namun dia mempunyai kasih sayang dari orangtuanya yang tidak pernah bisa tergantikan oleh apapun, Aku iri kepadanya, kapan tuhan aku memiliki orangtua seperti mereka (orangtua Tyas) renungku pada diriku ini.
“Boleh dong” jawab tyas? Makasih” ucapku lagi. Tapi maaf ya rumah aku enggak sebesar rumah kamu” kata Tyas, iya enggak papa kok.” Jawabku. Sesampainya di rumah Tyas aku lihat rumahnya sangat sederhana bahkan jauh dari kata mewah namun ayah dan ibunya begitu perhatian padanya, Bahkan sesibuk sibuknya ayahnya Tyas, ia selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarganya. Walaupun hidup Tyas sangat sederhana namun dia mempunyai kasih sayang dari orangtuanya yang tidak pernah bisa tergantikan oleh apapun, Aku iri kepadanya, kapan tuhan aku memiliki orangtua seperti mereka (orangtua Tyas) renungku pada diriku ini.
3 hari telah berlalu akupun pulang ke rumah,
ketika aku pulang kulihat di sana ada banyak orang. Karena hari ini hari ulang
tahunku, aku mengira ayah ibuku memberikan surprise kepadaku karena kemarin
mereka telah membuatku kecewa. Namun kenyataannya tidak seperti itu, kulihat
ayah berada di lantai ditutupi kain putih melihat itu aku langsung menangis dan
aku tak sadarkan diri.
0 komentar:
Posting Komentar